Read More

Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Atan
Read More

Ibunya Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Antik
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Rabu, Desember 04, 2013

Tanpa Arti

Seperti malam malam lain,
Kali ini tak banyak kata indah kan menjelma,
Hanya sederet ceracau pengiring gelap,
Penukar kosong dan air mata.

Aku tak terlahir sebagai pesulap kata,
Tak mahir dalam iringan luka dan tawa melalui satu titik tinta,
Satu bait yang ku buat nyaris tak bermakna,
Sekedar pelengkap sepi.

Ku buat tak bermakna,
Sengaja atau memang tak pernah ada nyawa di dalamnya,
Sepertinya memang tak bernyawa,
Bukan tak diberi tapi memang tak berarti.

Bukan urusan ketika semua tak terkata,
Lewat laku ataupun syair,
Aku hanya ingin bercerita,
Mengungkap tabir mimpi, nyata yang penuh harap.

Karena disinilah aku bisa melukis,
Bukan diatas kanvas atau kertas putih,
Bukan di atas tanah dan bebatuan,
Hanya di sebuah media yang terlihat sangat sederhana.

Kata terujar,
Mengalir tak bertuju,
Itulah aku tanpa arti,
TANPA ARTI.
Read More

Sudahlah

Menertawakan diri sendiri,
Ketika tak ada satupun yang berusaha membuatku tertawa bahagia.
Yang ku tahu, tertawa tak selalu bahagia.
Dan tangis tak selalu duka.
Memang diri sendirilah yang berhak memberi dan menerima kita.
Saat tak ada satupun yang peka menoleh kita.

Tak mengapa, aku tak kesepian.
Ini sudah ku alami berulang kali.
Dan kau berpikir aku akan tersakiti?
Memang, tapi disertai dengan rasa kebal.
Ya jadi kunikmati saja.
Mungkin ini sebuah drama yang mesti ku perankan.

Aaaah sudahlah.
Tak perlu banyak mengeluarkan kata-kata.
Jemu menyuarakan rasa rasa yang tak kuingini.
Dan hasilnya bisa kutebak jika itu kulakukan.
Sama, yaitu nol besar.
Haha sudahlah.



Read More

As Usual

Sekedar memicu hasrat bercerita dengan menuangkan kata pada media kosong yang abadi temani tanpa celoteh.
Membungkam semua rasa yang tercurah, diam dan tenang.
Tanpa berkomentar atau menghardik, begitu sunyi.
Malam ini seperti biasa aku berbagi cerita dengan mereka, bukan sejenis manusia, hanya semodel benda tanpa nyawa tapi begitu berharga.
Di hadapan mereka, ku tuangkan ungkapan getir, terluka, kecamuk, gelisah, harap, doa, pengabaian, ketidakadilan, kebahagiaan juga, tetapi berbeda sesi tentunya.
Menyesal ketika spontan tak menghampiri  pribadiku ketika seseorang berusaha melemahkan keadaanku, berharap semua kan berubah semacam dongeng bahwa bahagia pasti di akhir, buta ini bukan dunia cermin, ini dunia nyata yang tak tergenggam oleh orang orang sepertiku.
Kini di balik cerita hanya dapat termangu merangkai segala macam jenis kata yang indah tak menyakitkan yang akan ku luncurkan nantinya, menimang sejauh mana tega akan menggerogotiku.
Sebenarnya gaung ku di masa lalu sering memperingatkan, tetapi aku terlampau bahagia dulu, memang bahagia di awal selalu menjadi salah satu kesalahan buatku, karena mungkin takan tersedia lagi bahagia di akhir nanti.
Rasanya hampir di setiap kesempatan, kekecewaan melukis hari.
Ingin bisa melalui semua dengan anggun seperti yang disarankan oleh pak Mario Teguh, tapi memang tak semudah yang diperkirakan.
Hanya diam dan berpura pura semua baik baik saja, itulah caraku menyembunyikan segala bentuk titik air mata yang kadang tak ku izinkan terurai, senyum masam sering pura-pura ku hadirkan, hanya agar mereka berpikir bahwa tak pernah ada masalah atau kesakitan yang menghinggapiku.
Karena hingga sejauh ini tak ada yang rela cukup mendengar dan memberi pelukan manis pada setiap uraian uraian tak berarti ini, kecuali media kosong dan Dia Yang Maha Tahu.
Read More

Selasa, November 12, 2013

Ketidakadilan

Ketidakadilan selalu menampakan diri di sekitarku,
Sial,
Aku seolah terikat dengan kondisi ini,
Menyulitkan pihakku.

Mereka sebagai pelaku,
Malah dengan wajah polos nan dungu,
Tersenyum,
Seolah tidak terjadi apa-apa.

Masih bisa mereka memancing canda mahalku,
Setelah mereka mengadiliku dengan semena-mena,
Cuiiiih manusia manusia gila,
Selalu sengaja dihadirkan disekelilingku sepertinya.

Muak rasanya memasang senyum tanpa arti,
Untuk mereka yang tidak berperasa,
Setiap ku bangun,
Setiap itu pula mereka rubuhkan.

Harus menjadi serigala berbulukah menghadapi manusia seperti mereka?
Rasanya aku menjadi korban keegoisan,
Dijadikan tumbal sumber kebahagiaan mereka,
Dan selalu ditempatkan di posisi yang sangat menjijikan.

Hah aku sepertinya harus menjadi orang terwaras di antara mereka,
Yang masih memiliki kebesaran hati,
Untuk berpura pura bodoh,
Menikmati kecurangan makhluk makhluk gila ini.

Yang lebih menarik lagi,
Aku dipasangkan dengan seorang adam yang posisinya sama denganku,
Menjadi bulan-bulanan makhluk jejadian,
Hahahaha Tuhan Maha Tahu :) .

Setiap kali luka menjamah,
Kami saling mengobati,
Kami saling menguatkan,
Dan kami saling menopang.

Kesamaan ini memberi ruang lebih untuk kami bersama,
Tetapi kami sering berpikir bahwa kami adalah manusia terpilih,
Terpilih untuk menghadapi keadaan-keadaan biasa yang membuat gila,
Menjadi makanan dan kebiasaan hidup kami.

Dungu, makhluk makhluk itu malah dengan senang melihat kekuatan kami,
Mereka semakin mengadili ketika kami berdiam,
Padahal diam kami berpikir, bodoh,
Dalam diam kami berbicara.

Sayang anda anda bukanlah makhluk yang diberikan perasaan special oleh Tuhan,
Oleh karena itu rasa bersalah tak pernah tampak,
Kami cuma bisa tersenyum,
Melihat dan mengamati keledai seperti kalian.



Read More

Sabtu, Oktober 19, 2013

Asing

Menggigil,
Menekan amarah dan kecewa yang teramat sangat,
Masih pada titik tersungkur,
Bertahan ditengah cemooh dan ketidakpekaan,
Selama ini semua telah biasa ku kantungi,
Dengan setetes air mata dan bermilyar degupan sakit,
Setiap kata yang keluar menyulut emosi,
Jiwa tak menerima dengan nyata bentuk penolakan,
Mengiris,
Tak ada perdamaian di hari itu,
Terasa dingin dan kaku,
Ku malah seakan merasa tak mengenal,
Asing ku lihat sekelilingku,
Dimana tempatku berteduh dari kemurkaan ini?
Tempat itu tak tersedia,
Aku tak diundang,
Dan begitu pula tak diantarkan,
Selebihnya malah sengaja dihalau,
Tanpa harga diri ku datang,
Dan dengan kehinaan ku pulang,
Berjuta rasa aneh mendatangi,
Sebagian bersorak,
Sebagian mengaduh,
Hiruk pikuk disana sini,
Hingga mimpipun seolah ikut mendzalimi,
Pejam bukan lagi tempat dan waktu untukku berkeluh,
Semua mengikutiku tapi tak berusaha menggapai ceritaku,
Sangat tidak bersahabat,
Ditempatku berdiri mereka membuat lingkaran hitam,
Tak membiarkanku keluar untuk menghirup kedamaian,
Terperangkap pada situasi yang menjijikan,
Terjerat rasa yang paling menakutkan,
Rasa dimana takut dan hina berbaur,
Menciptakan satu emosi puncak yang entah akan berwujud apa,
Entah dimana situasi ini menyembunyikan kebaikan-kebaikan yang terjadi di masa lalu,
Terbakar,
Tak tersisa,
Tak diingat,
Tak diharap ada,
Kosong,
Hampa,
Hanya amarah dan luka memenangkan keadaan mengerikan ini.
Read More

Selasa, Oktober 08, 2013

Busuk

Sedang tak ingin beramah tamah,
Kenyamananku terusik,
Terenggut, terpenjara, terperas,
Kini sesuka jidatnya memutuskan sepihak.

Mengambil jerih payah orang lain,
Memberi kebijakan palsu yang dapat berubah kapanpun,
Tak beraturan,
Tanpa acuan jelas.

Mengaku bermoral, beriman pula,
Tetapi sama sajalah, dasar manusia,
Ingin selalu menguntungkan diri sendiri,
Tak mengindahkan rasa manusia lain.

Merasa paling tersudut,
Sangat dirugikan dari semua kebijakan ini,
Salah siapa ini?
Bukan salahku.

Mereka mereka sama di naungan yang sama,
Tetapi ada ketidaktransparanan aturan,
Janggal, aneh, dan jahat.
Itulah aturan yang kini ada.
Read More

Minggu, Oktober 06, 2013

Kadang

Entah harus menengadah seperti apa agar bisa tertumpah keinginan dan harapan.
Semakin hari semakin tak terbuka jalannya.
Semakin sempit dan tertutup.
Semakin membingungkan.

Kadang terlintas "ini tanpa restu".
Dan memintaku menyerah.
Kadang tersirat "ini cobaan, perjuangkanlah"
Tetapi lelah ketika tak menemukan jalan.

Sabar telah menyertaiku sejak dulu.
Ikhlas belum menjamah.
Sabar saja bisa dilakukan.
Karena berbanding tipis dengan keterpaksaan.

Mungkin belum waktunya pikirku.
Tapi mengapa cepat bagi mereka?
Tetapi mengapa begitu mudah untuk mereka?
Masihkah belum pantas untukku?

Ah putus asa memang mulai menyergap.
Sebisa mungkin bertahan.
Di tengah ketidakmampuan.
Semoga ada titik terang di ujung depan jalan sana.
Read More

Senin, September 02, 2013

Matinya Sejarah

Ketidakadilan dan pembenaran dari masing-masing pihak menyeru,
Berbaur dengan asap dan deru mesin,
Riuh tawa dan duka bergelut,
Menampilkan satu persatu gambaran manusia.

Mereka telah lama lalui hari dengan kebiasaan,
Kini sang pemimpin merusak kenyamanan dan sejarah,
Begitukah keadilan?
Begitukah pembetulan?

Mestinya sang pemimpin mendengar setiap kesah dari mereka,
Setiap butir keringat yang mereka perjuangkan,
Setiap suara yang ingin mereka utarakan,
Dan setiap perjuangan yang kini semakin terlihat sangat sulit.

Tapi sang pemimpin entah dimana,
Ketika mereka tersedak rasa kecewa,
Ketika mereka menelan kenyataan bahwa mereka tidak diperjuangkan,
Ketika mereka harus melepas sebagian dari kehidupannya.

Tak banyak yang mereka ingin,
Mereka hanya ingin didengarkan,
Mereka hanya ingin dilindungi,
Mereka hanya ingin musyawarah.

Tanpa mufakat, bangunan-bangunan dirobohkan,
Mobil-mobil pengangkut dipersiapkan,
Penghancuran dilakukan,
Kericuhan mulai tampak.


Disana sini terlihat mereka yang menangis mengusap dada diantara orang-orang yang semangat tersenyum,
Akhirnya takan ada lagi cerita disana,
Di tempat itu, ditempat yang selama ini mendewasakan dan menuakan mereka,
Mereka diam-diam menjerit.

Yang lebih menyakitkan bagi mereka,
Tempat itu adalah sebagian dari sejarah hidup mereka,
Setengah dari hidup mereka telah mengenal tempat itu dengan baik,
Ada sesuatu yang benar-benar menghilang.

Kecewa, sedih, kasihan, haru, tak rela.
Ketika semua kini entah akan berjalan seperti apa,
Kebijakan yang belum jelas titik akhirnya,
Menunggu semua akan menjadi apa dan bagaimana.




Read More

Kamis, Agustus 01, 2013

Selalu Terulang

Di waktu dan keadaan yang hampir sama,
Terulang kembali.
Muak ini, jenuh ini, sakit ini, kecewa ini, rindu ini, sesak ini, acuh ini, tak berharga ini, dengan rasa yang sangat sama.
Mual dan penuh pengharapan.

Entah siapa yang dungu dalam cerita ini?
Masing-masing saling menyalahkan dan merasa paling benar.
Masing-masing merasa paling tersakiti.
Masing-masing merasa tak dibahagiakan dan dimengerti jelasnya.


Setiap malam tak ada cerita.
Siang pun tak saling menyapa.
Entah apa yang dicari?
Keegoisan, kegengsian, atau rasa sejenis penghindaran?

Rasanya benci bercampur sayang.
Rasanya jijik di antara rindu.
Rasanya kesal di setengah harap.
Dan rasa itu yang sedang menjamah.

Kadang ada rasa acuh.
Kadang rasa tak rela menghalangi.
Kadang rasa peduli terabaikan.
Kadang semuanya menjadi racun suasana.

Muak dengan kesombongan perilaku seperti ini.
Menjilat ketika semua sedang manis.
Meludah ketika suasana terlampau pahit.
Memang hidup selalu penuh drama.

#August 1, 2013


Read More

Doa

Sampai saat ini belum ada jawaban doa dari-Nya.
Harapan dan permohonan yang selalu meluncur setiap malam.
Masih menjadi pertanyaan.
Masih menyisakan ingin.

Mungkin Kau sedang mempersiapkan yang terbaik untukku.
Maafkan hamba yang kurang sabar menunggu saat itu tiba.
Hamba terlalu menunggu dan berharap.
Menjadikan hamba khilaf akan kata sabar.


Tunjukan jalan rezeki hamba untuk merangkul orang tua hamba yang menuju renta.
Agar senyum mereka mengembang berkat-Mu.
Hamba ingin menjaga mereka seperti mereka menjaga hamba semenjak kecil.
Kabulkan doa ini Rabb.

Berikan jalan pula kepada pemilik tulang rusuk ini.
Dimana, kapan dan entah siapa.
Tetapi hamba selalu merindukannya setiap waktu.
Setiap hamba merasa butuh bahu untuk sekedar bersandar.

Ketika kami kelak bersatu.
Hamba dan orangtua, begitu juga dengannya.
Mendapatkan ridho dan keberkahan kasih dari-Mu.
Hingga kami menuju tempat menghadap kepada-Mu.

Semoga Engkau tunjukan dan beri jalan pada ketiga harapan dan doa doa ini.
Semoga.
Aamiin.
Aamiin.

#August 1, 2013
Read More

Senin, Juli 01, 2013

Muakku

Ceritaku tak sempurna.
Kadang terputus, atau malah tak berakhir.
Muak sesungguhnya lalui kepura-puraan ini.
Tapi ku mesti tetap bersandiwara.

Di batas waktu yang tak tertentu.
Ku mencuri harap.
Lantunkan doa yang bosan telinga dengar.
Hanya menunggu dan berhasrat.

Ku malah meminta ini hanya sebatas mimpi.
Bukan dunia nyata yang ku arungi.
Jemu, lelah.
Sampai batas mana ku harus bertahan?

Berusaha seolah semua baik baik saja.
Seolah semua memuaskan.
Seolah semua berarti dan berguna.
Seolah aku menikmati dan aku bertahan.

Kenyataan itu membodohiku.
Aku tertipu pada indahnya.
Yang ku dapat gelap.
Terbuang harap sungguh.

Read More

Jumat, Juni 28, 2013

Sesal

Ah Tuhan seperti biasa, malam ini aku ingin bercerita.
Penyesalan mulai merayapi keyakinanku.
Aku merugi di hari yang semestinya ku nikmati.
Aku lelah, aku ingin lepaskan semua.

Inikah pertandamu yang selalu ku mohonkan?
Rasa demi rasa tak mengenakan yang kian kentara.
Aku tak mendapatkan yang orang lain dapatkan.
Alasannya sederhana "Tak ada" dan "tak usaha".

Satu persatu ketidakbaikannya tersimpul.
Aku ingin menyerah.
Tapi tak tahu mulai dari ujung mana?
Agar ku tak lagi merasa tersesat kala kelak aku keluar.

Dulu memang menggebu.
Kini memudar tertelan musim tak tentu.
Kadang semua hampa, kadang terasa indah.
Seringkali itu terjadi secara bersamaan.



Read More

Selasa, Juni 18, 2013

Sekedar Bercerita

Terima kasih untuk mu yang disana,
Setiap senyum dan kekuatanmu kuatkanku,
Meski kadang kekuatan itu melemah,
Karena ada saat saat dimana kita di titik rendah.

Jangan bosan menopangku,
Jangan lelah memapahku,
Jangan jadikan sekedar cerita,
Kita lukis dan tentukan alurnya.

Jangan merasa cukup sampai disini,
Kita gapai cita dan cinta bersama,
Bukankah kita berhak atas itu?
Jangan menyerah pada keterbatasan.

Ingat mimpi-mimpi kita kala kau tengah lelah,
Terjagalah sekejap dan lanjutkan semuanya.
Tarik nafas dalam untuk penguatan,
Semua akan terasa jauh lebih baik sayang.
Read More

Sabtu, Juni 01, 2013

Cerita Malam

Tuhan apapun takdirMu dua tahun kemudian,
Aku takan membuat sesal di dalamnya,
Aku hanya mensyukuri dan menikmatinya,
Buatlah semua menjadi indah.

Biarkan ada orang yang aku harap dan mengharapkanku di dalamnya,
Entah bagaimana dan seperti apa jalannya,
Ku yakin tiada yang tak mungkin,
Jadikanlah kami satu paket dalam meraih pahalaMu.

Jangan biarkan kami berjalan di arah yang berlawanan dari apa yang kami jalani saat ini,
Berikan kami kekokohan yang lebih dari sebelumnya,
Pertahankan rasa dan keinginan kebersamaan kami ini,
Semoga kami bisa bertemu pada waktunya.



#June 2, 2013
Read More

Sabtu, Mei 25, 2013

Segores Cerita Malam

Mungkin Engkau terbiasa mendengarku mengeluh,
Di saat tak ada sepasang telinga pun yang bersedia menampung cerita lelahku.
Tak ada yang indahkan keinginan dan harapanku,
Kala logika dan hati berjalan secara berlawanan.

Maafkan ku, yang lancang mengajakMu ke dalam hal sepele ini,
Tapi ini terkadang membuatku bosan tak berarti,
Hingga aku memutuskan untuk selalu bercerita entah dalam waktu apapun padaMu,
Karena hanya Engkau yang bersedia menerima cerita cerita membosankan ini.

Aku tak ingin takabur dengan rasa sabar yang membosankan ini,
Seolah membuatku tak memiliki harapan apapun,
Hanya pasrah dan seolah menikmati jalan yang ada di hadapan,
Meski hati lelah dan berusaha hentikan langkah di jalan ini.

Engkau lebih mengetahui kelelahan seperti apa yang aku rasa,
Setiap waktu, lelah hancurkan asaku,
Aku terbiasa dengan pengabaian,
Dan tanpa dicari itulah aku.

Sesungguhnya aku malu untuk menuturkan inginku,
Ini terlalu melankolis mungkin,
Ingin berontak untuk lepaskan semua,
Ini sulit, sesulit aku menerima juga melepaskan.

Ibarat buah simalakama,
Berlanjut kecewa, berakhir menyakitkan,
Ini bukan kisah yang ku impikan,
Berilah sedikit pemanis dalam hal ku ini.

Tak banyak rasanya inginku,
Hanya ingin diperlakukan layaknya mereka, yang disebut "wanita",
Ah sudahlah aku tak ingin berharap,
Ini sudah membuatku muak.

Maaf Tuhan Engkau lebih tahu maksudku.


#May 25, 2013

Read More

Jumat, Mei 03, 2013

Akupun Wanita

Lelah, tak ada yang benar-benar mendorongku,
Menopangku, atau sekedar mengingatkanku.
Aku bukan layaknya wanita lain yang bisa bermanja dengan waktu,
Keadaan membuatku menelan semuanya tanpa siapapun.


Dewasalah, tak ada yang bisa menuntunku,
Aku terseok, terabaikan,
Atau bahkan malah dengan sengaja dilupakan,
Sabar menjadi suplemen keseharianku.

Andai bisa kau tengok,
Tak ada perempuan yang tahan ketika diperlakukan seperti tak ada,
Menjadi yang terkasih,
Tetapi paling tidak berharga.

Pintaku tak banyak,
Aku ingin seperti wanita lain,
Dipuji ketika aku layak dipuji,
Dimengerti ketika aku memasuki fase kesulitan,
Didorong dan dituntun layaknya anak kesayangan,
Diperhatikan ketika ku kelelahan,
Dirindui kala jarak menguasai waktu,
Dicari kabarnya ketika ku mulai menghilang.

Bahkan aku tak punya hak meminta itu,
Karena aku tahu kau tak memberikannya secara percuma,
Kau hanya ingin selalu diingatkan,
bahwa aku juga WANITA sama seperti mereka.

Biasakanlah aku tanpamu,
Biar suatu saat aku bisa, terbiasa dan menikmati waktu tanpamu,
Jika suatu saat itu terjadi,
Jangan raih aku untuk terbiasa denganmu lagi.

Kau tak pernah tahu,
Ini cukup membuatku mengerti seberapa berarti aku,
Apakah cinta dewasa seperti ini?
Bahkan tak pernah dicari kabarnya.

Miris,
Aku malah masih tertipu polahmu ketika didepanku,
Manis tapi membunuh,
Sakit ternyata.


#May 3, 2013
Read More

Senin, April 29, 2013

Dimana Akhir?

Inikah jalan yang selama ini dicari?
Dimana ujung jalan yang kan menjadi suatu akhir?
Semua hanya berawal, dan terputus tanpa tersambung lagi apalagi berakhir.
Sejenuh inikah kehidupan nyata?

Aku memang menginginkan awal ini,
Itupun dengan kekosongan dan kebodohan,
Cukup berpikir semua akan menjadi lebih baik seiring waktu,
Meski ragu sering memberi tanda.

Hingga di suatu persimpangan, kala aku tak lagi merasa jalan ini mulus,
Aku baru berani memutuskan aku salah memilih arah,
Ketika aku telah meninggalkan pintu awal masuk terlampau jauh,
Ketika aku telah mustahil untuk kembali ke awal sana,

Aku tak temukan pintu keluar,
Semua terkunci,
Terpaksa ku lanjutkan langkah, tanpa harap dan doa,
Hanya untuk menyongsong pintu di ujung sana.

Ku kira pintu akhir akan tunjukan kehidupan lain yang lebih baik,
Ternyata itu tak jauh dari angan belaka,
Aku menyesal keluar,
Dan lebih menyesal lagi masuk ke pintu awal itu.

Kini giliran aku termangu,
Di luar gerai pintu keluar yang telah tertutup kembali,
Disini sepi, hampa,
Disana sini hanya pengandaian yang berterbangan.

Belum ada jalan yang tersedia untuk ku lanjutkan langkah,
Terhenti sebelum memetik hasil,
Berdiam menutupi kecanggungan,
Menutupi ketidakbergunaan.

Aku tak ingin menyesal,
Tapi rasa menyesalku lebih besar dari rasa tak inginku,
Maya, 
Semoga ini tak nyata pintaku.

Maafkan hamba Tuhan,
Yang berprasangka buruk terhadapMu,
Mungkin hamba hanya belum mengetahu rencana terbaikMu untuk hamba,
Semoga hamba dapatkan akhir segera.


#April 29, 2013

Read More

Selasa, April 16, 2013

Tak Ingin Menyesal Atasmu

Berikan aku alasan agar bersyukur memilikimu atau bahkan pernah memilikimu.
Semu, setiap kali ketidakpedulian yang kau panggil sayang itu menjamah waktuku.
Itukah cobaan yang mesti di arungi?
Entahlah itu cukup membuat semua tak berarti.

Berikan aku waktu untuk melihat kau digaris tanganku.
Jika itu tak terjadi, jadikan aku bersyukur pernah melewati ruang dan masa bersamamu.
Meski itu sebatas kenangan akhirnya, bahkan aku tak ingin menyesali kebersamaan kita.
Biarkan aku bersyukur atasmu apapun jalannya.

Inginku bisa bersujud di belakangmu kelak.
Hanyutkan rasa agung ini menjadi sebuah cerita pengantar tidur.
Indah, abadi dan agung.
Ya itu cita-citaku.



Namun jika kelak tak ada aku di garisan tanganmu.
Aku hanya akan memohon Tuhanku memberimu wanita terbaik.
Disanalah Tuhan menjawab apakah kita baik bersama?
Dan garis lama kehidupan tertutup, terbuka garis lain yang baru.

Akhir seperti apapun, takan merubah cerita yang telah tergores.
Takan menghapus memori yang telah terekam.
Aku masih menunggumu masa depanku.
Songsonglah proses ini dengan restu.


#April 16, 2013

Read More

Kamis, April 11, 2013

Kosong


Hampa,
Kembali merajai detik-detik,
Buncahkan pekat,
Tanpa celah,
Semua kosong.

Apa yang ingin ku katakan?
Apa yang jelas ku inginkan?
Ku harap berwujud dengan satu kata,
"TERJADILAH"

Syair ini tak bernyawa,
Khususnya tak ku berikan makna pada setiap baitnya,
Biarkan kosong,
Seperti kehampaan ini.

Aku muak berharap,
Aku lelah bersabar,
Aku menyerah berdoa atasnya,
Semua sia-sia.

Tak ingin ku panggil takdir,
Biarkan menghilang,
Surut dan terhapus,
Seolah tak pernah ada.

Apa, apa, apa?
Mengapa, mengapa, mengapa?
Siapa, siapa, siapa?
Kapan, kapan, kapan?


Read More

Minggu, Februari 24, 2013

23 Februari 2013

Cerita kita semalam berikan suntikan semangat sayang,
Tahukah? Aku malah hidup dalam mimpiku dan juga mimpimu,
Di sana terlampau indah untuk dilewatkan,
Segalanya seakan mudah.

Dalam impian yang kita susun rapi, terdapat kekuatan,
Fase demi fase yang kita rangkai seolah sempurna,
Meski semua masih dalam catatan angan-angan,
Tapi aku begitu yakin kita akan jelang.


Kadang aku malah lebih ingin tinggal dalam dunia angan,
Di sana tak ada sekat antara keinginan dan harapan,
Ketidakmungkinan bukan jadi alasan utama,
Semua terencana dan tercapai.

Namun yang terpenting sayang,
Ada kamu di setiap duniaku itu sudah lebih dari indah,
Angan atau nyata, indah terangkai dari adamu,
Itulah takdir yang ku panjat.

#My Dearest 140210
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Instagram LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Advertise

Popular Posts

Advertise

Categories

Advertise

FOLLOWER

BTemplates.com

Blogroll

Pinterest

About

Copyright © Coretan Tanpa Arti | Powered by Blogger
Design by Okta Riady | Blogger Theme by Tasbih Group - Tasbih