Malam itu
Perbincangan biasa
Mesra, indah
Penuh rindu
Entah apa yang kita coba diskusikan
Dialog kita jatuh pada satu peristiwa
Dimana aku merasa terdzolimi dengan kebohongan yang kau bilang demi kebaikan
Dan kau bersikeras sombong dengan kekuasaan dan kekuatanmu sebagai lelaki
Masih jelas perkataanmu
Kau takan pernah mendengar apa kataku
Dan aku akan menerima kekeras kepalaanmu pada akhirnya
Pada hal apapun tak terkecuali
Karena kau calon pemimpin
Dan akan sangat sia-sia pinta yang kumohon
Saran kebaikan macam apapun
Kau takan menggubris
Lalu aku diam
Berpikir
Begitu besar egomu
Kau tak ingin berubah
Bahkan untuk orang yang kau sebut sangat kau cintai
Bahkan untuk orang-orang terkasih dan mengasihimu
Dimana letak kelembutan dan hijrah kebaikan yang harus kami rubah dari setiap perbuatan dan waktu yang kami lewati
Bukankah agamaMu
Berlaku tegas dan lembut dalam hal yang haq
Aku memang bukan perempuan kaya ilmu seperti kau
Namun ada rasa yang Tuhanku ciptakan
Lembut penuh cinta
Yang ingin ku bagi dengan dia pemimpinku kelak
Lalu ada satu kalimat kesombongan lainnya
Yang ku sesali dan ku takuti
Kau bilang, masih ada waktu untuk berpikir
Itu berarti aku bebas menentukan akan berakhir bersamamu si keras kepala yang selalu memenangkan keadaan
Atau mengakhiri agar aku dihargai
Egoku bekerja cepat
Otakku menolak untuk aku menerima perlakuanmu
Siapa kau
Siapa aku
Kita manusia
Sama-sama ingin menang
Batinku menolak
Keinginan kuat untuk berontak
Seperti biasa aku juga si egois
Yang wajib memenangkan setiap kemauanku
Tak perduli apa siapa yang terlibat
Aku tenggelam pada pilihan
Yang bahkan kau ucapkan tanpa makna
Itu mengganggu
Menyakiti
Meninggalkan nyeri di ulu hati
Merebak meracuni prasangkaku
Aku goyah
Mungkinkah
Haruskah
Ini akhirnya?
Entahlah
Aku resah
Egoku memuncak
Namun cintaku maju lebih depan
Ia menggeleng agar ku tak ikuti lawannya
Ia berteriak lembut namun tegas
"Lanjutkan"
Dengan senyum penuh kepastian dan keyakinan
Aku termangu
Pada kekuatan cinta yang yakin
Diantara keraguanku bersamamu
Egoku mundur dengan kemarahan
Berbalik menyeringai
Meninggalkan ketidakyakinan, masih
Aku turuti langkah cinta
Mempertahankan kau lelaki impian
Meski ku ragu benarkah keputusanku
Namun cinta meyakini
Pilihanku ada sebelum semua di proses
Kini saatnya meyakini dan menyiapkan
Namun hingga fajar menjelang
Dan keputusan telah terucapkan
Aku bimbang
Aku takut
Aku ragu
Aku goyah
Tak bisa dibayangkan apa yang kita terima
Jika malam itu aku memutuskan untuk memenangkan ego jagoanku
Aku akan menghadapi penyesalan
Ketidakpercayaan orang tua
Dan ekspresi aneh orang sekitar
Aku tak lagi sanggup menerima kalimat itu
Sakit
Membunuh rasa
Menimbulkan ego
Aku bukan wanita sempurna
Sangat tidak sempurna
Namun bolehkah ku mencintaimu dengan cara-caraku yang sederhana?
Itupun jika kau bersedia
Menua bersamaku dalam kelembutan
Penuh keyakinan
Tak masalah siapa kau dan aku kini
Tuhanku Maha Baik
Dia kuasa pada semua hati ciptaanNya
Kau si keras
Aku si egois
Semoga bisa ia satukan dalam cintaNya
Aku si salah
Dan kau bukan si benar
Mari belajar saling memperbaiki
Mengingatkan
Menghargai
Dan mengingat bahwa cinta perlu dibentuk
Meski pencipta Kita menciptakannya dengan sempurna
Kita makhlukNya yang tidak sempurna
Namun kita bisa saling mencintai dengan cara-cara sempurna, sederhana
Aku mencintaimu
Sangat meyakinimu
Aku ingin menua bersamamu
Hingga saraf kita tak lagi mengenal rasa
Bersediakah kau menjalani hari penuh ocehanku?
Jika bersedia, cukuplah saling menjaga
Aku tak mau memilih apapun lagi
AKU YAKIN ATASMU DALAM KETIDAKSEMPURNAANKU
❤ OKTA RIADY
0 Comments:
Posting Komentar