Senin, Juli 07, 2014

Negeri Kutukan

Negeri kutukan,
Itulah panggilan akrab untuk negeriku sepertinya,
Bangkai menjadi para penghuni,
Bau busuk untuk oksigen para rakyat,
Membunuh satu sama lain menjadi hobi yang menyenangkan,
Terkutuk memang,
Tak pernah ingin menuju zaman bebas,
Demokrasi yang dituangkan hanyalah menjadi aturan yang begitu mengikat,
Tetap tinggal dalam kejahiliyahan.
Dimana dua kubu selalu ada, positif dan negatif,
Tapi negeriku lebih nyaman dalam kubu negatif,
Dimana kami bertuhan tapi kami menyalahi aturan Tuhan dengan mengatasnamakan agama,
Dimana hanya kami para pemilik Tuhan yang miliki kuasa menghakimi siapa yang suci siapa yang haram,
Hanya menurut pandangan kami, tak perlu bukti ataupun nurani,
Ketika kami tak suka sebuah golongan kami akan segera membuat jarak dan memeranginya,
Meski si DIA ditakdirkan menjadi golongan yang baik tentunya,
Tapi kami tidak pernah ingin berpikir bahwa akan ada yang lebih baik daripada kami,
Kami yang menguasai negeri,
Tak ada golongan manapun yang bisa sebaik, sehalal dan sesuci kami,
Kami tak ingin berubah ataupun hanya berusaha,
Ini titik aman kami,
Kami diatas tertawa dibopong oleh mereka si jelata yang mengais rejeki dengan kaki di kepala,
Kami tak peduli,
Lebih penting menimbun apa yang bisa kami simpan selama kami berkuasa.

Mereka bilang ini demokrasi,
Rakyat bodoh senang disokong sesuap nasi yang mereka korbankan untuk beberapa tahun ke depan,
Dan mereka bangga dan senang atas penggadaian nasib mereka,
Dibeli dengan sangat hina,
Tanpa tawar menawar,
Tak boleh ada seorang pun yang boleh berusaha mencibir, atau acungkan jari tengah ke depan,
Karena setelah itu akan hilang tanpa jejak tentunya,
Maka mereka yang tak sefaham hanya membungkam dengan membunuh pikiran mereka dengan mencoba mencintai sistem ini,
Pemberontakan berakhir kematian,
Begitupun menjadi pengecut dan munafik mengantarkan diri ke dalam kematian yang lebih menyakitkan.

Tak pernah ada pilihan yang baik di negeriku,
Mungkin aku hanya ingin memilih Tuhan binasakan negeri ini,
Aku tak lagi bangga tinggal di pertiwi,
Semua bukan lagi tentang subur, kaya, ramah, aman, adil,
Biarkan aku membumi jika tak ada pilihan si PUTIH bisa tampak,
Kemuakanku telah di tahap sekarat,
Aku bangga dilahirkan, tapi aku hina dibesarkan dengan cara curang negeri ini,
Mereka memulai mereka tak pernah menyelesaikan,
Ini seolah neraka nyata yang diciptakan untuk gambaran kehidupan setelah mati,
Maaf Tuhan aku meminjam istilah tempat terburukMu untuk gambarkan tempat yang pantas untuk orang orang seperti kami tentunya,
Tetapi kami mungkin lebih layak tinggal di tempat itu karena kami sangat tidak suka kebaikan atau berusaha baik,
Terserah Engkau Tuhan mau Engkau apakan negeri beserta isinya ini?
Hanguskan? Silahkan
Tetap berdiri? Silahkan
Karena kami benar benar tak bisa memilih dengan bebas.

0 Comments:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Instagram LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Advertise

Popular Posts

Advertise

Categories

Advertise

FOLLOWER

BTemplates.com

Blogroll

Pinterest

About

Copyright © Coretan Tanpa Arti | Powered by Blogger
Design by Okta Riady | Blogger Theme by Tasbih Group - Tasbih