Read More

Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Atan
Read More

Ibunya Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Antik
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Kamis, Februari 22, 2018

1.122.018

Sebuah cerita tentang rasa
Berawal dari jengah dan putus asa
Berjumpa dengan sinar harapan
Terbuai lalu memberanikan diri memulai
Ia tak sesempurna keyakinanku
Kelemahannya ku kantungi
Ku simpan di kotak pengetahuanku
Tak usah ku buka
Tak usah ku ungkit
Mengapa?
Aku tak sempurna
Akan banyak kelemahan yang ia maklumi
Lalu kenapa aku tidak
Kami berjanji
Kami menjalin
Rencana terukir
Kami ciptakan
Dengan kemudahan tentunya
Aku sendiri tak paham
Kemudahan demi kemudahan ku dapati
Setiap fase berhasil di lalui
Allah Maha Baik

Hingga tiba pada satu hari
Minggu, 11 Februari 2018
Dimana ayah menitipkan ku padanya
Ijab dan qabul terucap
Disertai doa dan harap
Detak tak lagi sama
Menderu
Nyata kah?
Ini terlalu singkat
Terlalu mudah
Aku tak yakin
Hingga ibu datang berurai air mata haru
Memelukku membenamkan gundah ke dadanya
Ketenangan ini akan beralih
Padanya
Pada sosok yang sedang duduk berhadapan dengan ayah
Detak tetap menderu

Aku menghampiri ratusan pasang mata
Menemui pujaan halalku
Rindu dan malu
Haru dan cinta
Menghujam
Bahagia tersirat di wajah mereka
Aku pun

Ku tatap sosok lelaki
Pengganti ketenangan ibu
Pelindung setelah ayah
Ia akan seatap denganku
Menghabiskan waktu percuma denganku

Tiba malam dimana kami bersama
Bersujud padaNya
Hal terindah kedua yang ku dapat
Setelah ijab dan qabul
Bagaimana caraku bersyukur
Limpahan kebahagiaan ini bertubi-tubi
Allah Maha Baik

Dan kini malam ke dua belas
Ku dengar hela nafasnya di telingaku
Ku tatap pejam matanya
Ku raih peluknya
Allah Maha Baik

Aku merasa hina
Menitik air haru penuh syukur
Allah mudahkan jalan pendosa ini
Limpahkan beribu kenikmatan
Termasuk dia
Dia sosok pujaan
Yang kini ku panggil suami
Okta Riady S.Hum

Read More

Rabu, Februari 21, 2018

Takan berlabuh

Perahu mulai berlayar
Arungi riak dan hembus
Kadang kapal oleng
Terkena ombak dan riuh angin
Namun tak jarang kapal melaju tenang

Disini cerita perjalanan diukir
Menatap lembayung jingga penuh harap
Inilah perjalanan yang tak pernah ingin menemui tujuannya
Berlayar adalah proses juga hasil

Lautan tak ramah pada kapal lemah
Akan tercabik ketika kurang kuat
Akan karam ketika diterpa
Akan hilang dan tenggelam

Ini kapal kecil penuh cita dan cinta
Melaju tanpa nakhoda mahir
Ia memulai dengan rasa
Untuk mengukir cerita

Ombak dan badai tak mengurungkan niat
Untuk taklukan laut luas
Penuh uji
Hanya berpegang pada harapan

Keinginan kuat membuatnya melaju
Perlahan, tertatih, terhuyung
Beradaptasi pada air dan angin
Berbaur agar seimbang

Ia tegak, namun angin kecil kibaskan kuasanya
Melempar kapal kepada riak
Mereka bermain dengan si kapal kecil
Menjadikannya bulan-bulanan

Badai belum terlihat
Kuasa riak dan hembus cukup membuat mabuk
Namun keinginan semakin kuat
Kapal takan menyerah

Ia tak ingin berlabuh
Ia ingin berlayar
Berlayar
Dan berlayar

Ia tahu di depan sana
Banyak badai buas
Yang siap menelan
Dan mengombang ambingkannya

Ia tahu kapanpun
Bisa saja ia pecah
Terburai
Hilang

Ia tahu ancaman besar bisa menghadang
Membelah isinya
Membuatnya renta
Bahkan musnah

Namun citanya menggunung
Cintanya meluas
Harapnya bergejolak
Ia takan berhenti
Takan menyerah

Jadilah ia tetap mengalir
Ikuti riakan kecil kadang hebat
Ditemani hembusan kadang badai
Ia takan berhenti

Takan berhenti
Takan berlabuh

Read More

Sabtu, Februari 03, 2018

Yakin

Malam itu
Perbincangan biasa
Mesra, indah
Penuh rindu

Entah apa yang kita coba diskusikan
Dialog kita jatuh pada satu peristiwa
Dimana aku merasa terdzolimi dengan kebohongan yang kau bilang demi kebaikan
Dan kau bersikeras sombong dengan kekuasaan dan kekuatanmu sebagai lelaki

Masih jelas perkataanmu
Kau takan pernah mendengar apa kataku
Dan aku akan menerima kekeras kepalaanmu pada akhirnya
Pada hal apapun tak terkecuali
Karena kau calon pemimpin
Dan akan sangat sia-sia pinta yang kumohon
Saran kebaikan macam apapun
Kau takan menggubris

Lalu aku diam
Berpikir
Begitu besar egomu
Kau tak ingin berubah
Bahkan untuk orang yang kau sebut sangat kau cintai
Bahkan untuk orang-orang terkasih dan mengasihimu
Dimana letak kelembutan dan hijrah kebaikan yang harus kami rubah dari setiap perbuatan dan waktu yang kami lewati

Bukankah agamaMu
Berlaku tegas dan lembut dalam hal yang haq
Aku memang bukan perempuan kaya ilmu seperti kau
Namun ada rasa yang Tuhanku ciptakan
Lembut penuh cinta
Yang ingin ku bagi dengan dia pemimpinku kelak

Lalu ada satu kalimat kesombongan lainnya
Yang ku sesali dan ku takuti
Kau bilang, masih ada waktu untuk berpikir
Itu berarti aku bebas menentukan akan berakhir bersamamu si keras kepala yang selalu memenangkan keadaan
Atau mengakhiri agar aku dihargai

Egoku bekerja cepat
Otakku menolak untuk aku menerima perlakuanmu
Siapa kau
Siapa aku
Kita manusia
Sama-sama ingin menang

Batinku menolak
Keinginan kuat untuk berontak
Seperti biasa aku juga si egois
Yang wajib memenangkan setiap kemauanku
Tak perduli apa siapa yang terlibat

Aku tenggelam pada pilihan
Yang bahkan kau ucapkan tanpa makna
Itu mengganggu
Menyakiti
Meninggalkan nyeri di ulu hati
Merebak meracuni prasangkaku

Aku goyah
Mungkinkah
Haruskah
Ini akhirnya?
Entahlah
Aku resah

Egoku memuncak
Namun cintaku maju lebih depan
Ia menggeleng agar ku tak ikuti lawannya
Ia berteriak lembut namun tegas
"Lanjutkan"
Dengan senyum penuh kepastian dan keyakinan

Aku termangu
Pada kekuatan cinta yang yakin
Diantara keraguanku bersamamu
Egoku mundur dengan kemarahan
Berbalik menyeringai
Meninggalkan ketidakyakinan, masih

Aku turuti langkah cinta
Mempertahankan kau lelaki impian
Meski ku ragu benarkah keputusanku
Namun cinta meyakini
Pilihanku ada sebelum semua di proses
Kini saatnya meyakini dan menyiapkan

Namun hingga fajar menjelang
Dan keputusan telah terucapkan
Aku bimbang
Aku takut
Aku ragu
Aku goyah

Tak bisa dibayangkan apa yang kita terima
Jika malam itu aku memutuskan untuk memenangkan ego jagoanku
Aku akan menghadapi penyesalan
Ketidakpercayaan orang tua
Dan ekspresi aneh orang sekitar
Aku tak lagi sanggup menerima kalimat itu

Sakit
Membunuh rasa
Menimbulkan ego

Aku bukan wanita sempurna
Sangat tidak sempurna
Namun bolehkah ku mencintaimu dengan cara-caraku yang sederhana?
Itupun jika kau bersedia
Menua bersamaku dalam kelembutan
Penuh keyakinan

Tak masalah siapa kau dan aku kini
Tuhanku Maha Baik
Dia kuasa pada semua hati ciptaanNya
Kau si keras
Aku si egois
Semoga bisa ia satukan dalam cintaNya

Aku si salah
Dan kau bukan si benar
Mari belajar saling memperbaiki
Mengingatkan
Menghargai
Dan mengingat bahwa cinta perlu dibentuk
Meski pencipta Kita menciptakannya dengan sempurna
Kita makhlukNya yang tidak sempurna
Namun kita bisa saling mencintai dengan cara-cara sempurna, sederhana

Aku mencintaimu
Sangat meyakinimu
Aku ingin menua bersamamu
Hingga saraf kita tak lagi mengenal rasa
Bersediakah kau menjalani hari penuh ocehanku?
Jika bersedia, cukuplah saling menjaga
Aku tak mau memilih apapun lagi

AKU YAKIN ATASMU DALAM KETIDAKSEMPURNAANKU

OKTA RIADY

Read More

Bertahan

Mereka bilang
Banyak cobaan menuju janji suci
Aku tak percaya
Namun tak mengiyakan ataupun mengingkari
Mereka berlebihan
Sugesti ketakutan dari mayoritas

Pada akhirnya aku mengangguk
Tanda setuju untuk pernyataan mereka
Goda dan cobaan lebih sering tampil
Dari rindu dan cinta
Tidak pada porsinya
Kadang keluar dari batas aman

Tak ada halangan berarti dari lingkungan sekitar
Semua terpusat dari diri pribadi
Hal ringan dibuat sulit
Hal sulit diperumit
Saling menuduh dan menyalahkan
Tanpa saling berkaca diri

Aku benar, dia pun sama
Pikir kami tak beda
Dia harus menang, akupun begitu
Ego di atas segalanya
Sama-sama ingin di dengar
Ingin mendominasi

Mungkin pengganggu disini mulai tersenyum
Menyaksikan kami beradu pendapat pada hal ringan
Kami mudah tersulut
Mudah meraung
Mudah terpancing
Tak sulit untuk sengaja dibakar

Kami membentuk ego
Dan kebenaran
Yang menurut kami wajar
Dan patut dimaklumi pihak lain
Kemenangan argumen dan sikap seenaknya
Wajib dimaafkan

Kami lupa
Kami berada di zona tak aman jika ego tercampur
Kami khilap
Kami sedang dipermainkan pengganggu
Dengan mudah diadu dan dicerai beraikan
Pada hal kecil yang tak berfaedah
Saling menggigit, sakit, menangis dan ingin di pahami

Biarkan pengganggu menunaikan tugasnya
Kita tak perlu halangi
Hanya butuh bentengi keyakinan agar tak goyah
Teguh pada niat baik yang segera dijelang
Jaga lisan dan laku
Agar tak ada kata "memaafkan namun tak melupakan"

Aku takut
Kita lelah
Kau menebar jala
Aku terperangkap di dalamnya
Dan kita pecah
Lalu berakhir

Ini bukan saat yang tepat untuk mengambil pilihan
Kita memutuskan
Mereka mengaminkan
Kini kita yang akan mencoreng muka
Dengan ego yang dijagokan

Sudahlah
Aku ingin belajar memahamimu
Meski tak mudah
Walau takan sebentar
Namun aku bersedia
Selagi kau mau berusaha

Kita sewajarnya menjadi pribadi kuat yang saling mendorong
Bukan menjatuhkan, meninggalkan
Itu bukan sikap pejuang
Ayolah takan lama lagi
Godaan akan semakin kuat
Jaga lisan dan laku
Agar sesal enggan menghampiri
Kita mesti menang bersama
Keluar dan tertawa bersama

Maka......
Izinkan aku menerima kekuranganmu
Bukan untuk sekedar memaklumi
Untuk aku ingatkan padamu dan kau perbaiki
Begitupun aku
Banyak kekurangan yang kan kau temui pada saatnya
Bertahanlah
Lalu ingatkanlah aku
Karena yang sulit itu bukan memilih namun bertahan pada pilihan

Mari bertahan
Agar sampai pada janji suci yang kita niatkan
Semoga Tuhan memberi perlindungan
Keyakinan dan keteguhan

Sampai jumpa di hari itu

Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Instagram LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Advertise

Popular Posts

Advertise

Categories

Advertise

FOLLOWER

BTemplates.com

Blogroll

Pinterest

About

Copyright © Coretan Tanpa Arti | Powered by Blogger
Design by Okta Riady | Blogger Theme by Tasbih Group - Tasbih