Read More

Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Atan
Read More

Ibunya Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Antik
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Jumat, Juni 24, 2016

BIARLAH

Mengapa takut akan kehilangan?
Sejatinya kita tak pernah memiliki,
Hanya menikmati dan tak sedikit yang tak pernah menjaga,
Lalu kita sebut itu milik?
Bahkan untuk memeliharanya tetap baik pun sulit,
Sang Pemilik tak pernah marah kepada mereka yang mengaku memiliki,
Meski tak pernah diminta, dibayar atau transaksi lain,
Maka dituntut untuk tahu diri untuk tidak mengusung amarah ketika itu diambil atau hilang.
Bukankah akan selalu ditemukan pembaharuan sebagai pengganti, tentunya dengan kualitas yang lebih unggul.
Jangan takut, amarah lebih cepat menguasai jiwa yang di selubungi ketakutan,
Akan terbentuk sebuah ketidakpahaman dan menyalahkan akhirnya,
Tak bercermin pada kemampuan,
Mengharap sesuatu yang besar untuk jiwa kerdil,
Menuntut kemegahan sedangkan raga tandus pengertian,
Egois? Memang.
Manusia diciptakan untuk egois.
Tak terkecuali.
Hanya ada yang berhasil mengendalikan dan tak sedikit yang dikendalikan.
Seberapa besar andil diri dalam menentukan keberhasilan pengendalian diri.
Setiap ilmu dimiliki makhluk,
Hanya berbeda pemahaman tentunya.
Maka yang hilang, biarlah hilang.
Kita jelang takdir baru,
Baik sebagai kenangan atau kehidupan,
Sama berharganya karena keduanya tawarkan pembelajaran.
Aku, tak takut kehilangan,
Aku, tak menampik pergantian,
Aku, tak paham garis Tuhan,
Aku, tak berniat ingkari nasib,
Maka yang hilang biarlah hilang.


#June252016
Read More

J A R A K

Menyakitkan ketika merindu sekaligus membenci dalam satu waktu,
Tatkala raga menolak alunan mesra sedang jiwa menghamba harap kelekatan bersama,
Tak mudah menonjolkan angin di tengah gersang, akan sama panasnya dengan tiada,
Lalu merintih dan berpasrah menjadi jawaban,
Memang rindu dikisahkan merana tanpa batas dan ruang, ketika bersisian hampa tetap menyergap, dan ketika tak bertatap sama garangnya.
Aku tak pernah berjanji untuk tidak merindukan, hanya nyeri berongga kadang menyusut, menjejalkan puing puing keegoisan bersatu mengalun memberi nyawa pada sesak yang tak terbayar.
Dimana rindu berlabuh? Jika kau tak sudi lagi singgah.
Bukankah rindu tak perlu penempatan?
Sesakit itukah rindu diciptakan untuk tidak di indahkan?
Kemudian dihanyutkan oleh gelombang amarah.
Memuncak tak lagi indah, pekat, sekat semakin tampak, semua akan berakhir percuma.
Abu-abu, jingga, emas, merah tetap terlihat seperti hitam putih.
Aku tak lagi sama, begitu juga rasa, rindu dan kau tentunya.
Semakin hening, semakin tersedot ke ruang yang tampak takan biarkan kita keluar bersama, menang dan tertawa.
Jarak diciptakan dengan sengaja, untuk apa jika harus menitinya lagi?
Takan ada cerita lain, akan sama, datar dan tak merubah apapun.
rindu rindu rindu, apa katamu?
Seluruh kata tipu yang takan ku nikmati lagi.
Hempas, jangan datang lagi, ini bukan lelucon apalagi nyanyian riang.
Seriuslah, kita akan menjadi kita yang lain seperti yang diinginkan jarak dan hening ini,
Membentuk karakter, mengasingkan.
Biarlah, yang akan tetap hidup hanya kenangan bukan pemain.
Memang setiap cerita harus dibubuhi drama agar terasa manis dan mengiris,
Berhasil menerbitkan ketegangan, kecanggungan, mari kita lanjutkan.
Dermaga takan lagi dilabuhi, takan lagi ada deru, ada kata, ada tangis ataupun tawa apalagi cerita,
Terkubur bersama saripati mawar yang digagahi angin dan kemudian gugur.
Selamat Jalan,
Tetap menengok ke belakang, sekedar mengenang bahwa pernah ada kisah mesra yang berdarah di tempat ini.
Terimakasih,
Jarak diciptakan untuk merindu dan membenci bahkan dalam waktu yang sama.


#June242016

Read More

Selasa, Juni 21, 2016

M A A F

Kecamuk rasa masih bercokol,
lelah habiskan waktu hanya untuk meratap di persembunyian lalu keluar dalam senyum menawan.
Tak ada yang benar benar memahamiku.
Kamu, dia, mereka, kalian, bahkan diriku sendiri.
Kerinduan macam apa yang kunantikan.
Keinginan sebesar apa hingga sulit terjamah.
Lalu pada siapa aku berhak meminta?
Bahkan setiap permintaan seolah tak digubris.
Diabaikan, hilang.
Sehingga aku tak jemu mengulang keinginan yang selalu tak terjawab,
selalu berharap, masih bersujud dan meminta meski samar.
Aku bukan si sabar, melainkan si pasrah.
Karena tak ada lagi yang mampu ku pertahankan.
Sampai aku yakin dan percaya tak ada yang benar-benar memahamiku.
Aku takan meminta itu karena aku yakin pasti itu takan terwujud untukku terutama.
Untuk diriku sendiri, meski bukan seorang pahlawan aku ucapkan "SELAMAT BERJUANG".
Lindas harapku, tolak doaku, hentikan mimpiku agar aku tahu TAK ADA YANG BENAR BENAR MENGINGINKANKU.
MAAF 

 #May2016

 
Read More

Wanita Beralis Tipis

Mereka mengenalku sebagai "si ceria" dibalik itu aku disini menjadi "si pemurung"
inikah rasanya bermain peran?
Hampa terasa tak hidup,
tetapi aku tidak bisa berjalan dalam kenyataanku karena duniaku telah ku ciptakan berbeda dengan keinginan mereka.
Jika saja sebagian dari mereka menoleh karakter lemahku,
mungkin akan ada yang mendorongku agar jatuh.
Jika melihat karakter pemarahku,
mungkin akan sengaja menyulut apiku.
Jika mengenal egoku mungkin akan banyak yang meninggalkanku.
Lalu? Penipukah?
Tak ingin menipu dalam persahabatan dan kehidupan,
ini semua hanyalah bentuk survive ku pada kenyataan yang tak bisa aku torehkan di diary mereka sebagai sahabat, keluarga ataupun kekasih.
Karena menyakitkan ketika kita tidak dimengerti padahal mereka tahu.
So, beginilah.
Berpikir seperti apapun mengenaiku silahkan.
It's me, si wanita beralis tipis. 👀👀👀




#May2016
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Instagram LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Advertise

Popular Posts

Advertise

Categories

Advertise

FOLLOWER

BTemplates.com

Blogroll

Pinterest

About

Copyright © Coretan Tanpa Arti | Powered by Blogger
Design by Okta Riady | Blogger Theme by Tasbih Group - Tasbih