Read More

Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Atan
Read More

Ibunya Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Antik
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Minggu, Oktober 19, 2014

Saling Menunggu Tanpa Saling Memulai

Cerita tak pernah menjamah hari
Hening hanya detak jam isi suara kerinduan 
Semakin jelas semakin keras semakin menemani
Ini semua hanya menjadi sebuah penantian dan pencarian
Kami saling membisu tak saling memandang
Berharap angin terjemahkan kata yang tak pernah terucap
Bibir kelu untuk ungkapkan amarah bercampur rindu yang merana
Berpaling sedangkan hati saling mengamati
Tangan terkepal tak ingin menggenggam sedangkan hati saling berpegangan
Hati saling mengikat, saling bicara, saling memeluk 
Kami masih dalam kesombongan
Saling menunggu
Masih hening
Tak ada air mata ataupun tawa
Kaku, dingin, sunyi
Masih seperti itu
Lamaaaaaaaaaaaaaaa
Masih tak ada kata
Masih tak ada cerita
Hanya suara ranting yang terinjak yang bersuara lantang
Kami mulai bosan menunggu
Tak ada yang memulai
Kesalahan demi kesalahan mulai dirangkai
Bukan untuk penyelesaian tapi untuk mencari kambing hitam
Kami tak terima diabaikan, tanpa dimulai
Aku mulai memancingnya
Dia meradang
Kami akhirnya larut dalam percakapan singkat saling marah saling pergi
Itu obrolan pertama dan tidak diharapkan
Yang kami sadari akhirnya tak ada penyelesaian hari itu
Kami masih saling menunggu tanpa memulai


Read More

Jumat, September 19, 2014

Menyerah

Sejenak
Lelah ini perlahan membungkam sisi tegarku
Goyahkan titian harap yang tiap kali sirna
Sesering itu pula aku bangkit
Entah harapan apalagi yang tawarkan manis?
Aku hanya berharap ini awal, selalu seperti itu
Meski semudah itu aku terlempar dari jalan yang aku yakini

Ah aku ingin berbaring sejenak
Pejamkan mata dan rasakan dunia menyapa
Penuh bunga dan harum
Pancarkan semangat hakiki
Aku lelah mencari kemudian kehilangan tanpa mendapatkan terlebih dahulu
Aku lelah berharap kemudian putus asa tanpa kepastian terlebih dahulu
Aku lelah berpura pura aku baik baik saja
Aku lelah memasang rona merah seolah bahagia berbunga
Aku lelah, aku ingin dipapah, dirangkul, diantarkan ke tempat tujuan
Bukan dengan merangkak tapi dengan berlari agar segera sampai

Lututku terlalu sakit
Menopang harap yang belum juga terwujud
Memar lututku saksikan harap demi harap lolos begitu saja tanpa pencapaian
Aku lelah
Lututku bergetar
Aku lelah
Aku hampir menyerah
Terserahlah
Aku lelah
Mungkin segera aku akan menyerah

Read More

Kamis, Agustus 14, 2014

Terima Kasih Allah

Tuhan,
Nikmat yang ku kufuri terlampau berlimpah,
Syukur yang ku panjat begitu jarang,
Hingga aku malu mulai mengeluh,
Tetapi Engkau tempat kembali ku,
Tetapi Engkau teman setiaku,
Tetapi Engkau awal dan akhirku,
Maaf untuk segala perkiraan gilaku terhadapmu,
Itu hanya bentuk ketidaktahuanku rencana baikmu,
Kekosongan pahamku menerjemahkan kasih sayangmu,
Kedunguanku menemukan hikmah disebalik ujianmu,
Ku mohon kawallah hati ini agar senantiasa berada di jalanmu, meski tak jarang tersandung dan salah arah,
Ujilah aku dan juga kuatkan aku untuk lulus dari semua itu, agar setelahnya aku bisa naik kelas dengan nilai mapan dan bisa mempertanggungjawabkan serta mempertahankan prestasi sikapku,
Bimbinglah aku menjadi manusia rendah hati yang dermawan serta selalu diingatkan untuk bersyukur pada setiap titik kehidupan yang ku tempuh dengan sesuai kehendak ataupun diluar kehendakku.
Terima kasih Allah SWT untuk segalanya
Read More

Senin, Juli 07, 2014

Negeri Kutukan

Negeri kutukan,
Itulah panggilan akrab untuk negeriku sepertinya,
Bangkai menjadi para penghuni,
Bau busuk untuk oksigen para rakyat,
Membunuh satu sama lain menjadi hobi yang menyenangkan,
Terkutuk memang,
Tak pernah ingin menuju zaman bebas,
Demokrasi yang dituangkan hanyalah menjadi aturan yang begitu mengikat,
Tetap tinggal dalam kejahiliyahan.
Dimana dua kubu selalu ada, positif dan negatif,
Tapi negeriku lebih nyaman dalam kubu negatif,
Dimana kami bertuhan tapi kami menyalahi aturan Tuhan dengan mengatasnamakan agama,
Dimana hanya kami para pemilik Tuhan yang miliki kuasa menghakimi siapa yang suci siapa yang haram,
Hanya menurut pandangan kami, tak perlu bukti ataupun nurani,
Ketika kami tak suka sebuah golongan kami akan segera membuat jarak dan memeranginya,
Meski si DIA ditakdirkan menjadi golongan yang baik tentunya,
Tapi kami tidak pernah ingin berpikir bahwa akan ada yang lebih baik daripada kami,
Kami yang menguasai negeri,
Tak ada golongan manapun yang bisa sebaik, sehalal dan sesuci kami,
Kami tak ingin berubah ataupun hanya berusaha,
Ini titik aman kami,
Kami diatas tertawa dibopong oleh mereka si jelata yang mengais rejeki dengan kaki di kepala,
Kami tak peduli,
Lebih penting menimbun apa yang bisa kami simpan selama kami berkuasa.

Mereka bilang ini demokrasi,
Rakyat bodoh senang disokong sesuap nasi yang mereka korbankan untuk beberapa tahun ke depan,
Dan mereka bangga dan senang atas penggadaian nasib mereka,
Dibeli dengan sangat hina,
Tanpa tawar menawar,
Tak boleh ada seorang pun yang boleh berusaha mencibir, atau acungkan jari tengah ke depan,
Karena setelah itu akan hilang tanpa jejak tentunya,
Maka mereka yang tak sefaham hanya membungkam dengan membunuh pikiran mereka dengan mencoba mencintai sistem ini,
Pemberontakan berakhir kematian,
Begitupun menjadi pengecut dan munafik mengantarkan diri ke dalam kematian yang lebih menyakitkan.

Tak pernah ada pilihan yang baik di negeriku,
Mungkin aku hanya ingin memilih Tuhan binasakan negeri ini,
Aku tak lagi bangga tinggal di pertiwi,
Semua bukan lagi tentang subur, kaya, ramah, aman, adil,
Biarkan aku membumi jika tak ada pilihan si PUTIH bisa tampak,
Kemuakanku telah di tahap sekarat,
Aku bangga dilahirkan, tapi aku hina dibesarkan dengan cara curang negeri ini,
Mereka memulai mereka tak pernah menyelesaikan,
Ini seolah neraka nyata yang diciptakan untuk gambaran kehidupan setelah mati,
Maaf Tuhan aku meminjam istilah tempat terburukMu untuk gambarkan tempat yang pantas untuk orang orang seperti kami tentunya,
Tetapi kami mungkin lebih layak tinggal di tempat itu karena kami sangat tidak suka kebaikan atau berusaha baik,
Terserah Engkau Tuhan mau Engkau apakan negeri beserta isinya ini?
Hanguskan? Silahkan
Tetap berdiri? Silahkan
Karena kami benar benar tak bisa memilih dengan bebas.
Read More

Rabu, Juni 04, 2014

Pengemis Pendidikan

Salah siapa?
Dosa siapa?
Saat jagat tak memberi restu
Saat semua seolah percuma
Cercaan kian santer
Di iringi hujatan busuk
Mata mata mulai terpicing
Tak ubahnya pengemis tak bergelar
Percuma ku kantungi nilai nilai luhur mengenai pendidikan
Itu tak membuka jalanku
Berhasrat hentikan langkah
Bukan bosan meniti
Hanya tak ada arah pasti yang mesti ku lewati
Keputusan beberapa waktu lalu tak mencerahkan
Lebih tepat menyesatkan
Hingga tak beriku waktu lagi untuk menikmati bagaimana rasanya berharap dan kemudian tercapai
Tertutup semua pintu di muka sana
Umpatan terbaik apa yang mesti ku ujarkan
Berpura pura sabar dan menunggu bukan lagi cara terbaik
Itu hanya menunjukan menipu diri sendiri
Yang ku sadari kini tak ada yang benar benar menginginkanku bahkan diriku sendiri.

Read More

Takut dan Harapan

Selamat malam para pencaci
Mulut nyinyir beraroma busuk
Mengusik kian kemari
Membabi buta menyuarakan kesalahan lawan
Tak ubahnya para pendosa memanggil penikmat dosa lainnya dengan sebutan bejat padahal artinya seirama
Merasa diri paling mampu dan pantas
Meraih simpati kaum kaum yang telah lama terpinggir
Kaum kaum yang kehilangan kepercayaan untuk setiap jenis kepala
Memaksa kaum berpartisipasi setelah itu lupa dan pura pura lupa akibat kecelakaan seperti dalam sinetron negeri ini
Mengadu domba antar pendukung
Memberi sekat agar tercipta konflik
Setelah itu dingin tak ada bukti setelah cerita dan janji
Yang ada hanya sesal dan takut
Takut memilih dan dicampakan
Takut menjadi bagian orang yang akan merasa bersalah saat pilihannya tak amanah
Takut melihat kekacauan lebih besar yang akan terjadi pada keturunan
Miris menyaksikan negeri yang di dalamnya saling menghancurkan
Kenyataan si putih di samarkan dan si hitam dengan gagah menempati kuasa dengan nyaman
Si putih di cela ketika ide gilanya yang membangun belum terealisasi akibat ketidakpercayaan manusia tanah ini yang miskin pengertian akan pentingnya proses daripada hasil sedangkan si hitam dibiarkan bebas berkeliaran dengan banyak aksinya di jagat tanpa hujatan dan hukuman
Ah begitu rendah kualitas negeriku
Aku sebagai rakyat yang awam sistem pemerintahan hanya berharap, semoga suatu hari akan ada masanya Indonesia menjadi satu satunya negara yang ingin ditempati oleh setiap makhluk dan aku bangga karenanya.

Read More

Senin, Mei 19, 2014

Ampuni

Inilah waktunya saling menyalahkan
Saling memaparkan alibi untuk terlihat lebih mungkin
Mencari kambing hitam dibalik kesalahan teknis
Meyakinkan kecacatan tak menghampiri
Waktunya setan bersorak
Bahagia berpesta merobohkan ketenangan

Inilah waktunya membuat kemungkinan kemungkinan alibi diantara ketidakmungkinan agar terlihat lebih mungkin

Diam cara terbaik untuk lepaskan kata
Membela ataupun menyalahkan seperti sikap penjilat
Bukankah biarkan kita menjadi orang baik tetapi jangan buang waktu untuk membuktikan kebaikan kita kepada orang lain
Jadi biarkanlah

Untuk semua alasan yang tak terutarakan
Ku simpan untuk beribu ampun
Hingga sedikit mencair baru ku mulai dari sisi perbaikan
Khilafku telah membayar menggadai ketidaktenangan untuk kondisi ini

Ampuni
Ampuni
Ampuni

Read More

Rabu, Mei 14, 2014

Selamat Siang Pejuang

Selamat siang pejuang
Tak usah meringis mendengarku memanggilmu ksatria
Kau hanya perlu berada di posisi dan di samping orang yang tepat
Bahkan untuk tahu bahwa kau manusia hebat
Biarkan sebagian mulut mencibirmu
Usah kau peka apalagi umpat
Manusia hebat itu bukan seorang yang selalu berhasil menapaki apa yang kau ingin dan dinasibkan
Untuk pribadiku khususnya manusia hebat adalah sosok yang tak henti berjuang meski jurang kegagalan slalu tampak untuk menenggelamkan semangat bangkitmu
Meski sering terperosok kesana, kau berdiam sejenak bukan untuk menyerah tapi untuk sekedar mengumpulkan keyakinan, kekuatan dan keinginan untuk terus melaju, kemudian bangkit dan berlari lagi
Terus berjalan, berlari bahkan merangkak, tapaki jalan mulus penuh kerikil tajam dengan disertai darah dari lapisan kulitmu
Jangan biarkan gigil ciutkan asamu
Halau sengat mentari dengan damai akalmu
Tubuhmu rapuh tetapi semangatmu berkobar hebat dalam dadamu bergemuruh
Padahal kau tak pernah tahu dimana tempat tepat untukmu melepas lelah
Teruslah berjuang para pejuang.........

Read More

Sabtu, Mei 10, 2014

Masalah, Penyelesaian dan Hikmah

Enyahlah masalah,
Apapun panggilan kau dalam kehidupan ini,
Entah itu cobaan, ujian, kasih sayang, musibah, azab, hukuman, siksaan, kutukan,
Aku tak ingin tahu,
Muak berteman lama,
Jengah dibayang-bayangi,
Lelah seolah napi diawasi,
Seperti apa awalnya aku lupa,
Hingga seolah ada kesepakatan kebersamaan kita dalam waktu lama, sangat lama yang tak ditentukan akhirnya,
Dimana si penyelesaian menunggu?
Setiap jalan tak menunjukan keberadaannya,
Dia bersembunyi terlalu jauh dariku,
Ingin berlama-lama membuatku menjadi si kucing,
Apalagi si hikmah diciptakan hanya sebagai pelipur lara,
Dia tak pernah berwujud,
Hanya dongeng khususnya dalam ceritaku,
Bohong selalu ada hikmah dalam setiap kejadian,
Itu hanya kata untuk menghiburku menghadapi semua masalah yang realitanya diciptakan tidak untuk berakhir,
Semacam anak menangis yang dibujuk akan dibelikan mainan mewah oleh orang tuanya yang teramat sangat miskin,
Mustahil,
Menipu mungkin,
Terserah kalian lah ingin berapa lama tinggal dalam ceritaku,
Aku yang akan keluar dari cerita ini,
Ketika kalian memilih tinggal lebih lama.




Read More

Selasa, April 15, 2014

Mana Jawabnya?????

Lelah saling menggenggam dan meyakinkan,
Kini berguling dengan imajinasi sendiri,
Mencari semangat dan kehidupan semu,
Yang semakin samar dan mulai berkabut,
Kami lelah mencari jalan,
Semua buntu,
Tertutup rapat,
Disertai kerikil dan kelokan tajam,
Tiada titik temu.
Seakan percuma,
Sedikit otak busuk kami mulai mengacau,
Menguasai sisi sabar,
Mengadu domba kesabaran dengan realita yang seolah di setting agar tidak terwujud,
Menggelitik sikap pasrah kami untuk menanggalkan asa,
Dan tidak mempercayai apapun lagi.
Haruskah melihat kami benar-benar terpental dari jalan ini?
Atau memang itu rencananya,
Tak adil,
Menyulitkan dan membodohi kami pastinya.
Kami mengeluh semakin kuat ujiannya,
Kami bersabar semakin mengada-ada dan tak logis,
Apa yang dihasilkan dari kondisi aneh ini?
Usaikanlah segera,
Kami hanya ingin seperti mereka,
Yang mendapatkan keinginan tanpa usaha lebih,
Hanya cukup berkata dan berharap keesokan hari terwujud dengan mudah.
Takdirkanlah bahagia mudah di jalan kami,
Kami semakin renta dan lelah untuk mencari hikmah yang ceritanya selalu digaungkan indah,
Mengapa harus pada kami secara bersamaan?
Logika kami tak mampu berikan jawaban realistis.
Jawablah kami dengan kondisi yang sedikit memihak pada kami.
Jangan hanya memancing hadirnya tanya tanpa sediakan sebanyak mungkin kemungkinan jawaban.
Read More

Rabu, Februari 12, 2014

Gila

Inilah waktu dimana hati dibekukan,
Tak peduli kata atau aksi,
Dungu dan sia-sia,
Tak terarah.
Senyapkan bising,
Samarkan pelita,
Putih menjadi abu,
Lunglai hadapi fakta,
Sembunyi di balik asa,
Hanya berdiri sebagai pengkhayal idiot,
Termangu menatap tapak kaki yang mulai terhapus,
Dihasuti imajinasi gila yang lebih sering menyeringai daripada tebar senyum,
Kokoh,
Pada prinsip kabur,
Meleleh seolah plastik terbakar,
Tak berguna,
Hanya menebar bau dan panas,
Tetunduk lesu sepanjang waktu,
Berharap dan bermimpi,
Tak pernah bangun atau terjaga,
Menengadah tanpa untaian kata pada Sang Pencipta,
Kosong,
Sombong,
Pengecut,
Gila,
Menunggu kegagalan entah keberhasilan,
Meratap seperti pencinta murka,
Terbahak lalu meringis,
Berlari dan pura-pura mengaduh,
Begitulah si gila selalu sibuk menggilai hari yang semakin gila.
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Instagram LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Advertise

Popular Posts

Advertise

Categories

Advertise

FOLLOWER

BTemplates.com

Blogroll

Pinterest

About

Copyright © Coretan Tanpa Arti | Powered by Blogger
Design by Okta Riady | Blogger Theme by Tasbih Group - Tasbih