Read More

Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Atan
Read More

Ibunya Fasabbiha Habibaturrahman

IIIIIHHHHH....Amuuuuu.... Antik
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Rabu, Desember 04, 2013

Tanpa Arti

Seperti malam malam lain,
Kali ini tak banyak kata indah kan menjelma,
Hanya sederet ceracau pengiring gelap,
Penukar kosong dan air mata.

Aku tak terlahir sebagai pesulap kata,
Tak mahir dalam iringan luka dan tawa melalui satu titik tinta,
Satu bait yang ku buat nyaris tak bermakna,
Sekedar pelengkap sepi.

Ku buat tak bermakna,
Sengaja atau memang tak pernah ada nyawa di dalamnya,
Sepertinya memang tak bernyawa,
Bukan tak diberi tapi memang tak berarti.

Bukan urusan ketika semua tak terkata,
Lewat laku ataupun syair,
Aku hanya ingin bercerita,
Mengungkap tabir mimpi, nyata yang penuh harap.

Karena disinilah aku bisa melukis,
Bukan diatas kanvas atau kertas putih,
Bukan di atas tanah dan bebatuan,
Hanya di sebuah media yang terlihat sangat sederhana.

Kata terujar,
Mengalir tak bertuju,
Itulah aku tanpa arti,
TANPA ARTI.
Read More

Sudahlah

Menertawakan diri sendiri,
Ketika tak ada satupun yang berusaha membuatku tertawa bahagia.
Yang ku tahu, tertawa tak selalu bahagia.
Dan tangis tak selalu duka.
Memang diri sendirilah yang berhak memberi dan menerima kita.
Saat tak ada satupun yang peka menoleh kita.

Tak mengapa, aku tak kesepian.
Ini sudah ku alami berulang kali.
Dan kau berpikir aku akan tersakiti?
Memang, tapi disertai dengan rasa kebal.
Ya jadi kunikmati saja.
Mungkin ini sebuah drama yang mesti ku perankan.

Aaaah sudahlah.
Tak perlu banyak mengeluarkan kata-kata.
Jemu menyuarakan rasa rasa yang tak kuingini.
Dan hasilnya bisa kutebak jika itu kulakukan.
Sama, yaitu nol besar.
Haha sudahlah.



Read More

As Usual

Sekedar memicu hasrat bercerita dengan menuangkan kata pada media kosong yang abadi temani tanpa celoteh.
Membungkam semua rasa yang tercurah, diam dan tenang.
Tanpa berkomentar atau menghardik, begitu sunyi.
Malam ini seperti biasa aku berbagi cerita dengan mereka, bukan sejenis manusia, hanya semodel benda tanpa nyawa tapi begitu berharga.
Di hadapan mereka, ku tuangkan ungkapan getir, terluka, kecamuk, gelisah, harap, doa, pengabaian, ketidakadilan, kebahagiaan juga, tetapi berbeda sesi tentunya.
Menyesal ketika spontan tak menghampiri  pribadiku ketika seseorang berusaha melemahkan keadaanku, berharap semua kan berubah semacam dongeng bahwa bahagia pasti di akhir, buta ini bukan dunia cermin, ini dunia nyata yang tak tergenggam oleh orang orang sepertiku.
Kini di balik cerita hanya dapat termangu merangkai segala macam jenis kata yang indah tak menyakitkan yang akan ku luncurkan nantinya, menimang sejauh mana tega akan menggerogotiku.
Sebenarnya gaung ku di masa lalu sering memperingatkan, tetapi aku terlampau bahagia dulu, memang bahagia di awal selalu menjadi salah satu kesalahan buatku, karena mungkin takan tersedia lagi bahagia di akhir nanti.
Rasanya hampir di setiap kesempatan, kekecewaan melukis hari.
Ingin bisa melalui semua dengan anggun seperti yang disarankan oleh pak Mario Teguh, tapi memang tak semudah yang diperkirakan.
Hanya diam dan berpura pura semua baik baik saja, itulah caraku menyembunyikan segala bentuk titik air mata yang kadang tak ku izinkan terurai, senyum masam sering pura-pura ku hadirkan, hanya agar mereka berpikir bahwa tak pernah ada masalah atau kesakitan yang menghinggapiku.
Karena hingga sejauh ini tak ada yang rela cukup mendengar dan memberi pelukan manis pada setiap uraian uraian tak berarti ini, kecuali media kosong dan Dia Yang Maha Tahu.
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Instagram LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Advertise

Popular Posts

Advertise

Categories

Advertise

FOLLOWER

BTemplates.com

Blogroll

Pinterest

About

Copyright © Coretan Tanpa Arti | Powered by Blogger
Design by Okta Riady | Blogger Theme by Tasbih Group - Tasbih